First Digital Coloring

Terjemahan The Buddha of Suburbia

A Small Pack of Makassar

Tugas: memantaskan diri

Fenomena Fans KPop

The Story of A Landlady Eps.3

The Story of A Ladlady Eps.2

A Book is A Best Friend

The Story of A Landlady

A Reader

Pelatihan Zero Waste Lifestyle YPBB

Watercoloring My Life

Jumat, 21 November 2014

First Digital Coloring

I had been wondering how to color a manual drawing in a software like Photoshop. Aaand finally I found a good tutorial from yulianzone blog. Then I tried to create one, turned my hand-drawing:


into this


Yay, right? :D


Rabu, 19 November 2014

Terjemahan The Buddha of Suburbia

Beberapa waktu lalu saya mencoba menerjemahkan salah satu tulisan favorit saya. Tulisan ini merupakan bagian dari novel The Buddha of Suburbia karangan Hanif Kureishi. Versi aslinya ditulis dalam Bahasa Inggris. Berikut terjemahannya:

BAB I

Namaku Karim Amir. Aku lahir dan dibesarkan sebagai orang Inggris. Seringkali dianggap sebagai jenis orang Inggris yang lucu. Terlahir sebagai orang Inggris yang muncul dari dua sejarah lama. Tetapi aku tidak peduli – Aku tetaplah orang Inggris (meskipun aku tidak bangga akan hal itu) dari pinggiran kota di selatan London dan sedang menuju ke suatu tempat. Mungkin ini adalah perpaduan yang ganjil antara dua benua dan dua garis keturunan, antara disini dan di sana, antara memiliki dan tidak, yang membuatku gelisah dan mudah bosan. Atau mungkin karena dibesarkan di daerah pinggiran kotalah yang menyebabkanku merasa demikian. Namun, mengapa mencari-cari apa yang kurasakan di dalam diriku jika cukup untuk mengatakan bahwa aku sedang mencari tantangan, segala macam pergerakan masyarakat, aksi, dan ketertarikan seksual yang bisa aku temukan. Karena semuanya begitu menyedihkan, begitu lambat dan berat dalam keluarga kami. Aku tidak tahu mengapa. Jujur saja, semuanya membuatku semakin terpuruk dan aku siap untuk menghadapi apapun.
Lalu suatu hari semuanya berubah. Usiaku tujuh belas tahun saat itu.
Hari itu ayahku tergesa pulang dari kantor dengan ceria. Suasana hati yang ekstrim untuk dirinya. Aku bisa mencium bau kereta api di tubuhnya ketika ia menaruh kopernya di belakang pintu masuk dan melepaskan jas hujannya lalu melemparkannya ke sandaran tangga. Ia meraih adikku yang berlarian, Allie, dan menciumnya. Ia mencium Ibu dan aku dengan penuh semangat seolah kami baru saja selamat dari bencana gempa bumi. Tidak seperti biasanya, Ayahku menyerahkan makan malamnya pada Ibu, sebungkus kebab dan chapatis yang berminyak sehingga kertas pembungkusnya terkelupas. Berikutnya, bukannya melompat ke atas kursi untuk menonton berita televisi dan menunggu Ibu menghangatkan makanan untuk dihidangkan di atas meja, Ayah melangkah ke kamar tidurnya yang terletak di lantai bawah bersebelahan dengan ruang keluarga.

Senin, 03 November 2014

A Small Pack of Makassar

Nobody warned me Makassar is so wonderful. Until I went there and realized I should have stay much much muuuch longer. You know, Makassar is one complete package to spend holiday. Say hello to good foods, great beaches, highlands, and various cultures. This was my first visit.
Our first destination was Bantimurung and Balasaurung National Park. Bantimurung is well known  for its butterflly. At first I felt a bit frightened thinking about that animal. Frankly, I don't like butterfly or any other insects, but I was disappointed that I did not find any living butterfly as I arrived there. They were all frozen in glass boxes or acrylics as souvenirs. Died. 
One of the officers said the butterflies live on the higher land. Another said it was not the season. I myself just found one monkey on a tree. 


                                                                   Best View in Bantimurung

                                                               Bantimurung Waterfall

The next day we headed to Malino, a highland to get some fresh air. In the middle of the trip, we stop by for lunch in Bili-Bili. We can eat while enjoying Bili-Bili lake.
                                                                      Bili-Bili Lake


               
Aand finally we arrived at Malino with beautiful pine forest.
Great ambience

 

                  




I must say, South Sulawesi is incredibly wonderful. See you very soon, dear.

Kamis, 16 Oktober 2014

Tugas: memantaskan diri

Seumur hidup aku cuma ingin jadi orang yang pantas.
Pantas bersanding denganmu dan segala kebaikan lain dari-Nya.
Aku ingin selalu Ia percaya dalam menerima titipan-titipan-Nya.

Rabu, 24 September 2014

Fenomena Fans KPop

Beberapa tahun belakangan demam Kpop melanda kaum muda bangsa ini secara masif. Beberapa teman pun menjadi korbannya. Ada salah satu teman yang malah merupakan seorang die-hard fans. Die-hard fans ini tidak seperti fans biasa yang hanya nonton idolanya di youtube, searching beritanya di google, download lagu-lagunya, atau mengumpulkan poster dari tabloid. Sebagian dari kalangan berada tentunya menyisihkan uang untuk menonton konsernya, terbang jauh-jauh ke negara lain semisal Korea atau Malaysia, dan juga membeli original merchandise. Jenis fans inilah yang akan saya angkat menjadi topik. Twit teman saya berseliweran setiap harinya di timeline. Meretweet tweet akun idolanya atau tweet sesama penggemar. Mereka bukan hanya membicarakan soal betapa gantengnya sang idola atau betapa indah suaranya. Segala hal sekecil apapun bisa jadi bahan obrolan. Nah ini yang saya tidak mengerti. Saya tidak tahu ada artis lain yang fansnya seperti ini atau tidak. Tapi saya baru kali ini melihat fenomena semacam ini. Pertama, fans kpop ini mengomentari hal-hal sepele dan remeh temeh. Luar biasa jeli memang para fans ini. Jika artis idolanya berubah gaya atau warna rambut walaupun sedikit saja. Lalu mengeluh ramai-ramai jika mereka tidak suka penampilan baru si artis. Bukan hanya rambut, bisa make up bulu mata, foundation, bedak, bibir, dan lain-lain. Mereka memperhatikan aksesoris yang dikenakan si artis idola. Lalu bangga setengah mati jika punya benda yang sama atau minimal mirip dengan kepunyaan si artis. Mereka pun berlomba-lomba memakai merk yang dipakai si artis.
Kedua, mereka sungguh sangat posesif sekali! Biasanya mereka share foto candid si artis laki-laki dengan seorang artis perempuan yang digosipkan memiliki hubungan khusus. Padahal fotonya biasa saja. Si artis laki-laki terbaring di rumah sakit dan artis perempuan menjenguknya. Atau mereka juga suka sok-sokan investigasi ngeliat ada artis laki-laki dan perempuan memakai gelang yang samaan. Seorang fans die-hard juga bisa sampai nangis-nangis galau kalau idolanya punya pacar. Teman saya mengirim massage betapa ia sedang galau. Saya kira kenapa. Khawatir dia patah hati sama gebetan, atau kehilangan kesempatan bekerja di kantor impian. Ternyata dia cuma bilang idolanya punya pacar perempuan, ga homoan lagi. Yasalaam..

Seingat saya, saya pernah mengalami beberapa fase ngefans juga.
1. Jaman SD
Saat kelas 6 SD saya ingat pernah ngefans sama band Sheila on 7. Mengidolakan sekali vokalisnya. Membeli kaset-kasetnya. Membeli tabloid dan majalah lalu posternya saya tempel di dinding kamar sampai dimarahi Ibu saya. Suka saya cium-ciumin posternya. Pingin banget nonton konsernya tapi berhubung masih bocah banget ya apa boleh buat.
Tingkat ngefans: Ngefans pisan lah pokoknya. Sempat mimpi jadi pacarnya Duta.

2. Jaman SMP
Kelas satu saya masih suka membeli kaset Sheila on 7 dan selalu mendengarkan lagunya di walkman hadiah kelulusan SD. Tapi hanya sebentar. Berganti dengan tren Harry Potter. Saya membeli novel-novelnya, majalah, dan merchandise sampai kaset soundtracknya. Suka banget sama Daniel Radcliffe.
Tingkat ngefans: Pengen ketemu Daniel dan sekolah ke Inggris, walaupun nyadar oge sih ma'enya kudu ka London. Rada repot karena kali ini ngefansnya sama artis internasional.

3. Jaman SMA
Ga ngefans sama siapa-siapa. Sibuk sama kehidupan remaja yang memusingkan. Saelaah..
Eh pernah deng terobsesi sama vokalisnya The Brandals gara-gara film Lovely Luna. Zzzz..

4. Jaman Kuliah
Karena sering nganggur di kosan, waktu kuliah semester awal suka rental vcd. Kebetulan film favorit saya yang bergenre romantic comedy. Saat itulah saya mulai menyukai Jude Law. Nyari film-filmnya. Selalu jatuh cinta sama karakter di filmnya. Dan iseng kumpulin foto-fotonya dari internet. Selain Jude Law, saya ngefans juga sama beberapa aktor yang saya tonton di film-film. Yang konyol, masa saya ngefans sama The Changcuters coba? Nulis-nulis nama personilnya di tembok kosan kaya anak ABG. Tapi so far cuma buat lucu-lucuan aja sih. Ga terobsesi.

Ahh, jenis ngefans memang berbeda-beda. Tidak peduli tingkat pendidikan, intelektualitas, kelas sosial, dan lain-lain.



Jumat, 01 Agustus 2014

The Story of A Landlady Eps.3

"Pah, I can't stand it any longer!"

"What's wrong ma?"

"Kostan sudah mulai penuh sekarang. So much to do and Bibik seems so overwhelmed. "

Ya, tugas bibik sangatlah banyak. Mulai dari menyapu, mengepel, menyiram tanaman, mencuci dan menyetrika pakaian anak kostan, melayani jika ada anak kostan yang butuh pelayanan ekstra seperti membersihkan kamar mandinya, dan lain-lain. Bibik awalnya adalah asisten pribadi di rumah Ibu Rina. tetapi, setelah usaha kostan berjalan, tugasnya jadi terbagi untuk mengurusi kostan juga. Ibu Rina jadi jealous karena perhatian bibik berkurang. Bibik berubah, ngga perhatian lagi sama aku. Dulu aja suka masakin, suka mijitin, suka kelonin. Sekarang mana?? Mana?? --Begitu batin Ibu Rina berteriak.

"Then hire a new employee."

"Good idea, pah! Be right back"
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari 6,478 peserta, terpilihlah 3 finalis berdasarkan poling para penghuni wisma. Fakta unik dari ketiga orang finalis ini adalah mereka memiliki tanggal lahir yang sama. Berikut profil ketiga finalis tersebut:

1.



Disebut Etty Geol karena Etty senang bergeol alias berjoget mulai dari joget panturaan sampai joget Caisar. Geol juga merupakan plesetan dari kata gaul. Etty memang terhitung gaul di kampungnya. Terlihat dari penampilannya yang jauh dari kesan old-fashioned. Etty juga sering merasa dirinya mirip dengan artis papan atas Sarah Sechan karena kemiripan model rambut dan warna kulitnya yang tan. Etty seorang yang gila rapih. Ia menyukai segala hal yang bersih dan rapi. Hal itu nampak dari hasil kerjanya yang bersih dan rapi.

2. 
 Faridah atau Ida adalah yang umurnya paling tua di antara semua finalis. Ida tipikal orang yang super duper ramah dan senang flirting namun sangat periang. Hobinya menari balet dan bercocok tanam.

3.

Panggil saja Oom. Meskipun kelebihan berat badan, untuk urusan speed jangan pernah sepelekan Oom. Ia sangat cekatan, tangguh, bertenaga, liar, ..err iya kadang-kadang liar kalau belum makan. Keahlian Oom adalah memasak.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Dari semua kandidat, Ibu Rina harus memilih satu orang. Dan karena sang pembantu baru akan bertugas mendampingi bibik, maka harus disesuaikan dengan kebutuhan bibik agar saling melengkapi. 

Siapakah yang akan terpilih?

Rabu, 23 Juli 2014

The Story of A Ladlady Eps.2

New Comers

One morning the doorbell rang. Ibu Rina came in a rush and found two young girls by the door.

"Good morning, Mam. We are looking for available rooms,"
said the girl in yellow t-shirt.
"How lucky you are. There are three rooms left. Would you like to check out?," answer Ibu Rina in an excited manner.
"Sure!," now the girl in green t-shirt smile.
"Come in!"

ini tampak atas






Jumat, 18 Juli 2014

A Book is A Best Friend

Membaca buku yang bagus rasanya seperti punya teman yang nyambung diajak ngobrol.
Menurut saya, buku yang bagus itu bukan hanya yang bagus secara substansi, namun juga bagus dalam cara menyampaikannya. Cara si penulis memaparkan isi pikirannya dengan memerhatikan kata demi kata dengan sistematis dan kohesif merupakan hal yang sangat penting. Yang terakhir adalah layout halaman buku. Penggunaan font dan spasi yang tepat akan memberikan kenyamanan saat membacanya. Atau mungkin jika diberi sedikit warna dan ilustrasi akan semakin menarik.

Ketika sebuah buku memiliki semua hal di atas (substansi, bahasa, dan layout), ia akan bernyawa dan menjelma seorang kawan sejati. Seolah sang penulis telah mengkloning dirinya untuk berbicara kepada kita.
Entah untuk menghibur, menenangkan perasaan, menyemangati, atau mengajarkan banyak hal yang tidak kita ketahui sebelumnya.   

Senin, 14 Juli 2014

The Story of A Landlady

At first, I am confused if I would write this story in English or Indonesian.
In the end, I decided to mix both languages, so you guys can learn
English and the rest can learn Indonesian.
Please guys, learn Indonesian since Indonesia will be one of
the giant part of world's economy.
Fair enough, right? 
--------------------------------------------------------

Pada suatu waktu, hiduplah seorang wanita bernama Ibu Rina. 
She owns a boarding house.
Actually, it belongs to her husband.
Ibu Rina is just delegated to run the business.
No, don't imagine ibu kost with rol rambut everywhere and koyo cabe nempel di pipi dan pelipis!
Here she is.. Ibu Kost glamor dengan gigi kelinci bak Olla Ramlan dan selebriti masa kini lainnya.
------------------------------------------------
Aaaandd..please welcome Pak Ledut, Bu Rina's husband.

He works in Abu Dhabi as an engineer.
Living a long distance relationship with Ibu Rina, he
constantly sends his wife loads of
romantic texts like this:


Translation:
Hey mommy what r u doin? Have you eaten? Daddy miss you sooo muchhh

You know, for most Indonesian this kind of text is considered veeeery very very romantic. Levelnya kira-kira setara lah dengan tembang "Because of You" dari Keith Martin.

---------------------------------------------------------

This is the boarding house named Wisma Nganturu.
It is originally derived from Javanese phrase "wis mangan turu" which means "after eating, then sleeping".
 

Minggu, 13 Juli 2014

A Reader

I am a reader. I mean, a book reader. Not a mind reader. But books tell about minds. So I guess I know what's on your mind. 

Jumat, 25 April 2014

Pelatihan Zero Waste Lifestyle YPBB

                                                         Peserta dari SMA 16 Bandung

       Jika mendengar kata ‘sampah’, tentu pikiran kita langsung tertuju pada jargon “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” bukan? Jargon yang sudah sejak lama sering kita temui ini ternyata tidak sepenuhnya tepat. Jika kita mau sedikit lebih peduli, sampah sebenarnya harus dipisah sesuai jenisnya saat hendak dibuang. Lebih baik lagi jika kita bisa memanfaatkan sampah atau sejak awal mengurangi jumlah sampah dengan tidak mengonsumsi barang-barang yang dijual dengan kemasan plastik. Pemahaman  semacam ini perlu ditanamkan kepada setiap orang, terlebih kepada mereka yang memiliki kapasitas sebagai pembuat kebijakan. Guru-guru dan perangkat OSIS merupakan contoh orang-orang yang mampu membuat kebijakan di lingkungan sekolah. Untuk itulah YPBB menyelenggarakan Pelatihan Zero Lifestyle dengan mengundang beberapa sekolah di Bandung. SMA 16 Bandung adalah salah satu sekolah yang diundang ke kantor YPBB di Jl. Sidomulyo No. 21 pada hari Kamis, 24 April lalu. Kegiatan ini diawali dengan permainan sehingga suasana pelatihan menjadi hangat dan akrab. Usai permainan, masuklah ke sesi pertama mengenai jenis-jenis sampah dan cara penanggulangannya. Peserta juga diajak melihat fakta dan angka di lapangan mengenai permasalahan sampah yang dihadapi oleh warga Bandung khususnya. Semua peserta baik guru maupun siswa-siswi tampak antusias dan aktif menyuarakan gagasan untuk perubahan lingkungan yang selaras dengan alam.

Searah jarum jam: penyampaian materi, pembuatan takakura, permainan

       Sesi pertama diakhiri dengan istirahat dan makan siang lalu dilanjut sesi kedua. Peserta diajak melihat proses pembuatan takakura yang merupakan salah satu cara mengolah sampah organik di lingkungan sekitar seperti sisa makanan.  Kemudian acara dilanjutkan dengan tur kantor YPBB.
       Melalui acara pelatihan ini, guru dan murid mendapatkan pengetahuan mengenai gaya hidup organis dan diharapkan mampu membuat perubahan di lingkungannya masing-masing. 

Senin, 17 Maret 2014

Watercoloring My Life



        Kali ini saya akan membahas media lukis yang bernama cat air. Saya ingin berbagi mengenai pengalaman saya belajar melukis dengan cat air dan merk-merk cat air yang pernah saya gunakan.
      Tidak bisa dipungkiri, at some points of your life, hampir semua anak sekolah akan mengenal satu merk cat air pertamanya yang tidak lain tidak bukan adalah......Guitar. Kalau tidak salah waktu SMA harganya yang kemasan kecil Rp 3,000. Cat ini berbentuk pasta dalam kemasan tube.Seumur hidup saya hanya mengetahui satu merk itu saja. Cat air merk Guitar warnanya pekat dan kusam juga sedikit kasar (jika telah kering akan terasa serbuk-serbuk pada permukaan lukisan). Seperti ini penampakannya:
Lalu, saat kuliah saya iseng membuat hiasan yang membutuhkan cat air. Saya pun mencari ke toko buku dan menemukan cat air merk Marie's. Lumayan lah ini harganya Rp 60,000 pasti berkualitas, pikir saya. Ini cat air ke-dua yang saya pernah pakai.

                                                                      sumber: google

Benar saja, ketika saya coba warnanya sangat vivid dan cerah seperti cat poster. Permukaannya juga terasa halus. Tapi saat itu saya mengaplikasikan catnya secara asal di atas kanvas. Saya tidak tahu teknik tertentu, yang penting bidang gambar tertutup warna.
         Sekitar awal tahun 2012, saya mengikuti kelas cat air untuk pemula di Tobucil n Klabs, Bandung. Pengajarnya adalah R.E Hartanto, atau yang akrab disapa Mas Tanto, seorang dosen Seni Rupa ITB. Pada pertemuan pertama saya membawa cat air Marie's dan satu buah kuas seharga Rp 1,500. Mas Tanto tampak ingin tertawa melihat kuas yang saya bawa.
"Ini kuas apa? Ini mah kuas bulu tikus! Kuas yang bagus itu kalau disapukan bentuknya kembali ke semula. Nih, kamu pinjem kuas saya aja ya"
Sambil menahan malu, saya menerima pinjaman kuas Bali Artist milik Mas Tanto. Berikutnya saya menuangkan cat dari dalam tube ke palet plastik murahan warna hijau tua. Yak! Satu lagi kesalahan saya. Karena warna paletnya tua jadi warna catnya tidak terlihat jelas.
        Saya melihat cat air yang digunakan Mas tanto berupa balok-balok padat kecil dalam tempat pensil kaleng merk Rembrandts. Milik Rani juga berbentuk padat, merknya Reeves. Milik Mbak Upi juga. Sementara kepunyaan Risda merk Sakura. Ada juga yang bentuknya padat dalam kotak kayu yang terlihat sangat mahal. Reeves dan Sakura merupakan cat student grade, sementara sisanya cat artist grade. Baru hari itulah saya mengetahui ada jenis cat air padat. Selama ini setahu saya semua cat air berbentuk pasta dalam tube. Kalaupun pernah melihat yang padat, saya kira itu cat untuk mainan anak kecil. Mas Tanto pun menganjurkan memakai cat air padat untuk kelas ini agar lebih praktis dan tidak membuang banyak waktu saat melukis.
         Usai pertemuan itu, saya bertekad untuk membeli cat air padat. Saya pergi ke Balubur dan hanya menemukan merk Giotto seharga Rp 30,000. Sebenarnya budget saya lebih dari itu, tapi apa boleh buat. Saya beli cat Giotto, satu  kuas bulat Lyra no 5, dan satu buah concorde sketchbook khusus cat air. Cat air padat ternyata memudahkan saya dalam melukis. Tidak perlu repot, tinggal colek-colek dan mencampur warna.

         Kelas melukis cat air di Tobucil hanya empat kali pertemuan. Materinya pun terbatas hanya teknik chiaroscuro.
Chiaroscuro berasal dari kata Italia yang berarti gelap-terang yang bisa juga diartikan menjadi kontras yang sangat kuat antara cahaya dan bayangan di dalam suatu karya seni.
Hal yang menjadi ciri khas chiaroscuro adalah pengaplikasian cahaya pada objek lukisan yang memberikan kesan trimatra sangat jelas akibat pengaplikasian hhighlight dan bayangan. Teknik ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang perspektif, reaksi permukaan benda terhadap pantulan cahaya, dan proses pembentukan bayangan. (Wikipedia)

         Yang saya tidak menyangka adalah bahwa ternyata kelas ini sangat sulit dan melelahkan. Melukis dengan cat air seharusnya transparan sehingga terlihat lapisan atau tumpukan sapuan warnanya, tetapi Mas Tanto selalu bilang bahwa saya terlalu rapi dan 'ngeblok' seperti mewarnai menggunakan corel draw sehingga tidak tampak keindahan khas cat air. Saya juga kesulitan mengidentifikasi gelap terang pada contoh gambar yang harus dilukis.
         Balik lagi ke masalah merk cat air, saya mulai bosan sama Giotto karena menurut saya warnanya agak opaque. Saya kembali berburu cat air baru. Kali ini tujuan saya Gramedia. Di Gramedia ternyata yang dijual tidak begitu beragam. Hanya ada Reeves, Giotto, Pentel, dan saya menemukan merk Pelican. Sebenarnya dilihat dari kemasan, Reeves lebih compact dan ramping. Tetapi, entah mengapa saya memilih Pelican. Harganya Rp 60,000. Seperti ini tampaknya kekasih baru saya:

Pelican mampu memenuhi ekspektasi saya. Warnanya halus dan transparan cocok untuk digunakan pada berbagai teknik. Dengan bantuan video tutorial di youtube, saya bisa belajar beberapa teknik seperti teknik wet on wet dan mencampur warna. Akhirnya saya bisa membuat efek cat air seperti yang sering saya temukan di Tumblr. Pokoknya saya dan Pelican selalu bersama tak terpisahkan. Dia seperti obat saat sedih melanda *yes river*


         Lama kelamaan saya kurang puas dengan cat Pelican karena warnanya terlalu soft sehingga kurang maksimal dalam mengekspresikan suasana hati saya yang cerah ceria (naon sih).  Jadi saya berniat membeli cat baru yang lebih bagus seperti Tallens atau Cotman. Setelah mencari ke sana kemari saya tidak kunjung menemukan. Memang cat merk tersebut biasanya dijual di toko khusus perlengkapan seni lukis. Salah satunya di Toko Tidar di daerah Cihapit. Namun, karena tempatnya sedikit rumit dan sulit dijangkau, saya pun memutuskan untuk membeli cat Reeves. Ini foto cat air dan hasil lukisan menggunakan Reeves:


Reeves memang lebih kuat pigmennya, tetapi sedikit kusam dan tidak bagus untuk teknik wet on wet. Warnanya tidak menyebar sempurna seperti Pelican. Akhirnya saya pun kembali ke pelukan Pelican tercinta.
Ini lukisan terakhir saya menggunakan Pelican:


Saya masih terus belajar agar kelak siap untuk menggunakan cat artist grade untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda. Sekian yang dapat saya sampaikan berdasarkan pengalaman yang saya alami. Salam cat air! :)