Review Hotel Arjuna, Batu Malang

A Small Pack of Makassar

Lost in Bali (part 1)

Turkish Delight (part 1)

Tampilkan postingan dengan label traveling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label traveling. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Juni 2017

Review Hotel Arjuna, Batu Malang

atas: tampak depan hotel
bawah: cafe Tekopi
                                                 sumber: klikhotel.com & homediarymagazine.com



Hai, buat kalian yang mau liburan ke Batu, Malang dan bingung mau nginep di mana, saya punya rekomendasi nih. Ini berdasarkan pengalaman saya dan suami yang traveling ke sana sekitar bulan Oktober tahun lalu. Kami book hotel ini lewat situs Traveloka. Kalau kalian kehabisan kamar di hotel yang deket banget sama objek wisata Jatim Park, jangan bersedih yah. Saya juga waktu itu kehabisan, tapi akhirnya nemu hotel yang lucu banget arsitektur dan interiornya. Buat saya yang emang suka sama hal-hal berbau desain dan suka foto-foto sih ini hotel bikin excited banget! Jangan khawatir, buat sampai ke Jatim Park gampang kok cari ojek ke sana. Ongkosnya sekitar Rp15,000 sajah. Ke objek wisata lainnya seperti Museum Angkut pun rata-rata segitu ongkosnya. 

Karena hotel ini termasuk bangunan baru, semuanya terlihat masih bagus. Kamarnya mungil dan nyaman, kamar mandinya bersih. Aduh pokoknya sukaaa :D . Saya ngerti nih kenapa orang bisa dapet inspirasi saat traveling, karena saya juga selalu dapet inspirasi buat desain rumah masa depan dari hotel-hotel yang pernah saya kunjungi.  Sayangnya, ada satu kekurangannya, yaitu di bagian kasur. Kasurnya keras sehingga kurang nyaman. Ditambah lagi, dipan yang menjadi alas kasurnya terasa licin sehingga kasur kami yang kebetulan double bed, saat dirapatkan jadi berkali-kali merosot saking licinnya. Hahaha..

Hotel ini punya cafe kecil di depannya yang terbuka untuk umum. Namanya cafe Tekopi. Sementara pengunjung hotel mendapatkan fasilitas sarapan gratis di sana. Tapi, jangan harap sarapannya a la buffet ya. Saya dikasih dua pilihan menu saat itu. Boleh pilih mau nasi sayur sop atau nasi rawon. Dan saya pilih nasi rawon. Enaakk.. Di satu sudut disediakan kopi, teh, dan gula. Bebas bikin semaunya. Pesan saya: habis makan jangan lupa puas-puasin foto-foto guys! Tempatnya instagrammable banget! Sayang sekali, foto-foto saya hilang. Jadi, saya ambil beberapa dari google saja yaa..
Satu nilai plusnya lagi, hotel Arjuna deket sama Alun-Alun Kota Batu. Berbeda dengan hotel yang berada di area Jatim Park yang ikut ‘mati’ kala Jatim Park tutup sehingga sulit akses ke luar jika tidak membawa kendaraan pribadi, di sini jam berapapun kalian bebas berjalan kaki menghirup udara segar. Kalau perlu ke apotik atau minimarket juga dekat. Selepas Maghrib kalian bisa coba jalan sedikit ke Alun-Alun untuk mencari makan malam dan menikmati suasana yang riuh bersama turis-turis lokal lainnya. Tamannya bersih, rapi, banyak patung buah berhiaskan kelap kelip lampu, dijamin aman dan nyaman. Di sekitar alun-alun banyaaaak sekali penjual makanan bermacam-macam. Oh iya, kalian juga bisa naik wahana bianglala di dalam pelataran alun-alun hanya dengan membayar tiket sebesar Rp3,000 dan menikmati gemerlapnya pemandangan kota Batu dari ketinggian.

Kota Malang menurut saya adalah kota wisata yang sangat ramah.  Sejak saya sampai di stasiun Malang Kota sampai naik kereta pulang lagi, Malang meninggalkan kesan yang menyenangkan. Tukang ojek, sopir angkot, penjual makanan, sopir bis, penumpang, semuanya ramah dan nggak ada yang bikin saya ngerasa bete. Nggak ada yang mulutnya usil atau ngasih harga yang nggak wajar. Ah, pokoknya love banget. Kalian harus coba ke sana ya, guys! Kalo udah, jangan lupa share ceritanya ya :)

Senin, 03 November 2014

A Small Pack of Makassar

Nobody warned me Makassar is so wonderful. Until I went there and realized I should have stay much much muuuch longer. You know, Makassar is one complete package to spend holiday. Say hello to good foods, great beaches, highlands, and various cultures. This was my first visit.
Our first destination was Bantimurung and Balasaurung National Park. Bantimurung is well known  for its butterflly. At first I felt a bit frightened thinking about that animal. Frankly, I don't like butterfly or any other insects, but I was disappointed that I did not find any living butterfly as I arrived there. They were all frozen in glass boxes or acrylics as souvenirs. Died. 
One of the officers said the butterflies live on the higher land. Another said it was not the season. I myself just found one monkey on a tree. 


                                                                   Best View in Bantimurung

                                                               Bantimurung Waterfall

The next day we headed to Malino, a highland to get some fresh air. In the middle of the trip, we stop by for lunch in Bili-Bili. We can eat while enjoying Bili-Bili lake.
                                                                      Bili-Bili Lake


               
Aand finally we arrived at Malino with beautiful pine forest.
Great ambience

 

                  




I must say, South Sulawesi is incredibly wonderful. See you very soon, dear.

Senin, 03 Maret 2014

Lost in Bali (part 1)

Oke saya tahu it's been to late. Sekarang sudah menginjak pertengahan bulan ke-tiga di tahun 2012. Biasanya kaleidoskop dibuat di detik-detik akhir tahun, ini malah kelewat basi. Tidak apa-apa, saya baru sempat merangkum semuanya. Ini adalah catatan perjalanan saya selama tahun 2011.

April 2011

Lost in Bali

Malam itu saya dapat SMS berisi ajakan pergi ke Bali 'haratis'. Tiket pesawat PP ditanggung dan diiming-imingi ga usah bayar hotel oleh teman saya. "Kapan?". "Lusa". Atuuuhh lusa mah saya ada UTS dua biji atuh euy! Dan tentu saja jadwalnya ga bisa diundur karena tiketnya sudah dibeli. Itu loh tiket promonya AirAsia yang suka dipesen jauh-jauh hari. Tadinya yang mau berangkat adalah Ado, Kakak ceweknya, Kakak cowoknya, Istri dari kakak cowoknya, dan satu lagi yaitu Niki. Menjelang hari-H, istri kakaknya yang lagi hamil sudah mendekati tanggal persalinan, dan kakak cowoknya tentu harus menjadi suami siaga. Ya sudah 2 tiket nganggur. Yang membuat perjalanan ini menarik dan berkesan sebenarnya bukanlah tempat wisatanya atau keseruan lain selama di Bali karena ini adalah kali ke tiga saya mengunjungi Bali. Ya walaupun untuk pertama kalinya saya menginap di rumah warga  yang kebetulan adalah sepupunya Ado. Yang membuat perjalanan kali ini berkesan justru kesialan-kesialan yang kami alami. Sehari sebelum keberangkatan, Niki kehilangan dompet. Jadi, keesokan harinya beberapa jam sebelum jadwal berangkat ke bandara, Niki masih sibuk ngurus-ngurus kehilangan ke bank dan kantor polisi. Ado lagi sibuk ngurus persiapan event ke rektor di DU. Dan saya masih ngetak-ngetik aja dong ngerjain tugas Sosiolinguistik di kostan. Ya, kami sama-sama sibuk dan terlambat :O.. Tapi tetep aja ya bok, saya yang paling telat soalnya berangkat dari jatinangor :(. Entah apa yang ada di pikiran saya, bawaan saya cukup rempong karena turut memboyong laptop 13" untuk..ehm ngerjain skripsi di sana -_____-. Eh bentar, saya kepikirannya di sana bakal banyak waktu membosankan soalnya biasanya tiap bepergian bersama keluarga selalu begitu. Mengapa? Karena sebelum-sebelumnya saya dan keluarga ke Bali dalam rangka "menemani" bapak saya yang ikut simposium. Nah, kalo pagi-pagi kan bosen tuh nunggu si bapak beres acara. Tapi saya lupa ini acara jalan-jalan sama teman-teman. Huffttt..
Saya bawa ransel, tas laptop, dan payung. Di Damri, selesai membayar ongkos, saya enggan memasukkan kembali dompet saya. Karena repot dan pasti bakal nyenggol teteh-teteh di sebelah saya. Yaudah itu dompet saya pegang di pangkuan bersama tas laptop dan payung. Saya sms-an sama Niki dan Ado menanyakan saya harus turun di mana. Niki bilang di perempatan yang ada Pizza Hut. Okelah saya turun, melompat dari bis. Saya nelepon Niki berkali-kali...

"Nik, lo dimana? Lama banget sih".
"Gua masih di jalan"
"Gua udah depan Pizza Hut"
"Ketemu di BSM aja, Sar"

Saya pun menanyakan arah ke BSM kepada satpam. Fuck, ternyata saya salah turun, harusnya satu perempatan lagi. Dari situ ngga ada angkot lah ya. Saya jalaaaann sampe perempatan berikutnya, baru naik angkot hijau. Di angkot saya bolak-balik meriksa ransel dan tas. Dompet saya ngga ketemu juga. Cuma ada selembar uang seribu di saku celana. Uang itulah yang saya gunakan untuk membayar ongkos angkot untungnya. Eh iya, suasana masih hujan yah ini teh. Di depan BSM saya akhirnya bertemu Niki dan Ado. Kami naik angkot menuju ke Cipaganti Travel untuk naik shuttle bus ke Bandara Soetta.
"Do, bayarin dulu lah. Dompet gua kayanya ilang," ujar saya.
"Iya. Eh serius lo ilang? Tar di sana gimana?"
"Iya ilang daritadi gua cari ga ada. Ah, kan di sana ga usah bayar apa-apa kata lo"
"Ya udah tapi KTP yang lain-lain gimana?"
"Ngga tau lah, pusing gua"
Saat itu saya ngga panik ngga apa. Soalnya ga tau harus gimana dan atmosfer terburu-buru begitu terasa.
Waktu sudah mepet, kami berharap semoga bus-nya belum berangkat. Tapi kami terkejut begitu tahu bahwa sekarang shuttle busnya cuma ada di Pasteur. Balik lagi deh ke BSM buat cari taksi. Si sopir taksi menyarankan supaya naik mobil rental temannya aja kalo mau ngejar ke bandara Soetta. Alasannya, mobil pribadi lebih diutamakan kalo misal mau kebut2 nyusul2 dibanding mobil umum seperti taksi. Okelah. 600rebu aja dong tarifnya.

Senin, 06 Februari 2012

Turkish Delight (part 1)

Jadi, pertengahan tahun 2011 saya bersama keluarga berangkat menunaikan ibadah Umroh. Banyak hal-hal yang harus dipersiapkan sebelumnya yang lumayan bikin repot karena saya waktu itu lagi heboh ngurusin proposal skripsi. Saya harus sempatin bikin pas foto dan suntik vaksin meningitis dan semuanya itu harus dikirim dari Bandung ke Serang. Sehari sebelum penerbangan, saya baru berangkat dari Bandung. Ketika sampai di rumah dan baca-baca rundown acara, saya baru tahu kalau selain ke Saudi Arabia, kami juga akan ke Turki. Surprised juga, walupun seumur hidup belum pernah punya keinginan pergi ke sana.

Kami berangkat dari Cengkareng pake Turkish Airlines. Oh, terima kasih Ya Allah..flight attendant-nya orang Turki dan ganteng-ganteng <3 <3 <3

...dan kabar bahagianya adalaah..pesawatnya full entertainment (selain si Mas flight attendant yg super entertaining tadi tentunya). Setiap seat disediakan panel yg bisa muter film, ratusan lagu, games, dan lain-lain. And the next good news is...tiap 20 menit kali ya kita dibagiin makanan atau snack atau souvenir. Untungnya, seecek-eceknya tampilan makanan yang dihidangkan, rasanya ngga ada yang mengecewakan. Bahkan sandwich ukuran mini yang cuma sayur dan mayonaise plain yang dihimpit dua lembar roti tawar aja masih bisa saya bilang fine. Tapi teteeep,,my favorites are tiramisu cake, salmon salad, and cherry juice.

Perjalanan memakan waktu 9 jam. Saya tiba di Istanbul pukul 7 waktu setempat. Waktu Istanbul 4 jam lebih awal dari Jakarta. Pantesan, saya heran kok jam 11 bandara masih sepi petugas ;p.
Saya ngga ngerti kenapa petugas bandara dan maskapai penerbangan itu selalu tampak tampan dan gagah. Seragam mereka itu loh, magic!

Selepas urusan birokrasi dan urusan lain-lain, rombongan pun masuk bis. Saya tertidur..dan blushing aja gitu pas bangun-bangun udah ada bule di luar jendela senyum-senyum. Euh..lupa lagi ada di Turki. Tentu saja si 'smiling bule' tersebut merupkan seorang doorman Hotel Venera tempat saya akan menginap.


Di majalah disebutkan 'kebanyakan klub di Turki memiliki dresscode yang ketat. People come and dress to impress'. Pakaian seperti apa ya yang dimaksud?